Thursday, April 25, 2013

Sekali Kena Kanker Kulit, Risiko Kanker Lain akan Menghantui

Jakarta - Menurut pakar, kanker kulit paling sering terjadi pada lapisan sel skuamosa, basal dan melanosit kulit. Namun belakangan sebuah studi baru menemukan penderita kanker kulit non-melanoma (kanker yang terjadi pada ketiga lapisan sel tersebut) berisiko tinggi terkena kanker lain yang lebih parah beberapa tahun kemudian.

Dalam studi ini, tim peneliti yang dipimpin oleh Jiali Han, profesor dermatologi dari Harvard Medical School mengamati risiko kanker pada 153.600 orang yang berpartisipasi dalam dua studi besar, Health Professionals Study (sejak 1986) dan Nurses' Health Study (sejak 1984). 20 Tahunan kemudian atau tepatnya pada tahun 2008, tercatat 29.500 kasus kanker telah terdiagnosis dari keseluruhan partisipan.

Studi ini menemukan bahwa wanita yang mengidap kanker kulit non-melanoma seperti karsinoma sel basal dan karsinoma sel skuamosa 26 persen lebih besar peluangnya untuk terkena kanker kulit atau kanker jenis lain dibandingkan wanita yang tidak mengidap kanker kulit sama sekali. Risiko yang sama juga menghantui pria namun besarnya hanya 15 persen.

Selain itu, penderita kanker kulit non-melanoma juga berisiko tinggi mengidap kanker kulit melanoma yang mematikan dan khusus untuk wanita pengidap kanker kulit non-melanoma berisiko tinggi mengidap kanker paru-paru dan kanker payudara.

Peneliti juga memperhitungkan faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil temuan seperti usia partisipan dan kebiasaan merokok, sedangkan pada wanita peneliti juga mempertimbangkan penggunaan terapi penggantian hormon yang dilakukan partisipan.

"Kaitan antara kanker kulit non-melanoma dan munculnya melanoma di kemudian hari bisa jadi diakibatkan oleh paparan sinar matahari," terang peneliti seperti dilansir Livescience, Jumat (26/4/2013).

Tapi menurut Anthony Alberg, profesor epidemiologi dari Medical University of South Carolina, AS yang tidak terlibat dalam studi ini, alasan yang mendasari tingginya risiko kanker kulit lainnya ini tidaklah begitu jelas. "Sejumlah peneliti menduga mesin seluler yang terlibat dalam perbaikan DNA pada beberapa orang tampaknya tak bekerja dengan baik sehingga membuat mereka berisiko lebih tinggi untuk terserang jenis kanker apapun," katanya.

"Namun karena basis datanya besar, temuan ini dianggap menambah bukti adanya kaitan antara kanker kulit dengan risiko kanker lain. Kendati begitu, risiko kanker yang diperlihatkan studi ini tidaklah memadai untuk memberikan rekomendasi pada orang-orang yang mengidap kanker kulit non-melanoma agar menjalani screening lebih dini atau lebih sering dari biasanya," pungkas Alberg.

Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal PLOS Medicine.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...