Thursday, April 25, 2013

Pelaku Bom Boston Diduga Lakukan Aksi karena Otak Rusak Akibat Bertinju

Jakarta - Teror bom Boston sudah menemui jalan terang dengan tertangkapnya dua orang pelaku. Salah seorang pelaku bernama Tamerlan Tsarnaev yang terbunuh dalam upaya penangkapan ternyata adalah seorang petinju. Muncul spekulasi bahwa tindakan terornya ini dipengaruhi cedera otak akibat bertinju.

Sejak meledaknya bom di Boston beberapa saat lalu, FBI telah berupaya menyelidiki motif di balik upaya teror ini. Beberapa orang menyatakan bahwa kedua orang pelaku yang berasal dari Chechnya ini mengalami cuci otak. Belakangan muncul spekulasi pelaku pengeboman yang menewaskan 3 orang ini mengalami kerusakan otak.

Tamerlan Tsarnaev pernah memenangkan kejuaraan tinju amatir New England Golden Gloves pada tahun 2009 dan 2010. Tamerlan juga dikenal sebagai seorang petinju amatir yang sangat disiplin. Sementara itu, berbagai penelitian menemukan banyaknya kasus petinju yang mengalami cedera otak sehingga memunculkan pendapat bahwa perilaku Tamerlan disebabkan karena cedera otak.

Sejak tahun 1950-an, para peneliti telah menemukan para petinju cenderung mengalami kerusakan otak yang disebut chronic traumatic encephalopathy (CTE). Penyakit ini merupakan penyakit degeneratif yang hanya dialami beberapa penderita gegar otak dan cedera kepala lainnya.

Diperkirakan sekitar 4.000 mantan pemain National Football League (NFL) di AS saat ini menggugat liga atas cedera kepala yang mereka alami. Menurut para pemain ini, penyakit mereka disebabkan gegar otak karena pemilik klub dan pengelola liga lebih berfokus pada keuntungan ketimbang pemain.

"Istilah CTE lebih menggambarkan penyakit neurodegeneratif yang disebabkan atau setidaknya sebagian disebabkan oleh trauma otak yang berulang," kata Dr Robert Stern, pendiri Boston University's Center for the Study of Traumatic Encephalopathy seperti dilansir Medical Daily, Kamis (25/4/2013).

Penyakit ini hanya bisa dideteksi dengan menemukan protein penanda yang diproduksi ketika terjadi peregangan pada koneksi saraf. Pada orang tua yang mengidap penyakit ini, gejala penyakitnya berupa gangguan memori, rentang perhatian dan kemampuan belajar. Kesemua gejala tersebut berhubungan dengan penyakit Alzheimer.

Penderita penyakit ini juga cenderung menunjukkan perilaku impulsif, marah dan paranoia. Pada orang yang lebih muda, hilangnya kemampuan kognitif baru muncul di kemudian hari yang diawali dengan masalah perilaku. Namun kemungkinan cedera otak yang memicu perilaku Tamerlav masih menjadi perdebatan.

"(Dalam kasus Tamerlav) Ada banyak alat peledak yang disatukan dalam cara yang sangat terencana. Tidak ada kesalahan di sini, tidak impulsif. Ini bukan apa yang Anda lihat pada orang muda yang mengalami CTE," kata dr Robert Cantu dari Boston University dan direktur Encephalopathy Center.

Menurut Cantu, meskipun Tamerlav mungkin memiliki penyakit CTE, agaknya bukan penyakit ini yang memicunya melakukan peledakan bom yang cukup terencana. Sebab tampaknya, peledakan bom dan kemungkinan cedera otak yang dilakukannya terjadi tanpa hubungan sebab akibat.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...