Jakarta - Tugas dokter adalah membantu pasien untuk meringankan atau menyembuhkan penyakitnya. Tapi dokter ternyata juga membutuhkan dokter lain untuk membantu meringankan tugasnya. Dokter spesialis bedah plastik pun disebut-sebut sebagai 'dokternya dokter'.
"Ya saya ketemu statement itu di sebuah textbook yang baru, di bagian pengantarnya. Saya tertarik dan saya pikir benar juga ya," ujar dr. Lisa Hasibuan, SpBP (K), saat berbincang dengan detikHealth, seperti ditulis pada Senin (10/6/2013).
Menurut dr Lisa, ilmu bedah plastik tidak ada batasannya. Seorang dokter spesialis bedah plastik harus mampu menangani semua kasus, mulai dari atas kepala sampai kaki.
Terlebih lagi, biasanya dokter lain yang sudah pusing menangani sebuah kasus tapi pasien tak kunjung sembuh, mereka pun akan berkonsultasi dengan dokter bedah plastik. "Coba deh ke bedah plastik barangkali ada yang bisa dikerjain sama bedah plastik," tambahnya.
"Dan itu bukan hanya di sini saja. Itu ada di satu textbook yang dipakai orang sedunia, berarti itu pengalaman semua dokter bedah plastik," lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Perlu diketahui, bedah plastik bukan hanya berurusan dengan bedah kosmetik (estetika) seperti memancungkan hidung atau memperbesar payudara, tetapi justru lebih banyak bedah rekonstruksi seperti bedah pada luka bakar, kecelakaan dan trauma.
Bedah plastik estetika sendiri sebenarnya adalah pengembangan dari rekonstruksi, yang merupakan operasi pengembalian fungsi tubuh yang dioperasi. Namun karena banyak pasien yang melihat perbaikan pada tubuhnya dapat menunjang penampilan, maka lahirlah operasi plastik estetika.
Dan dari semua bidang kedokteran, bedah plastik bisa dikatakan adalah bidang yang paling membutuhkan seni. Seorang dokter bedah plastik setidaknya harus memiliki kemampuan menggambar.
"Porsinya memang sedikit lebih besar di bedah plastik, kalau yang lain mungkin tidak terlalu penting. Tidak harus jadi seniman, tapi yang jelas itu memang berperan. Yang jelas, kita memang harus bisa menggambar, paling sedikit," tutup dr Lisa.
"Ya saya ketemu statement itu di sebuah textbook yang baru, di bagian pengantarnya. Saya tertarik dan saya pikir benar juga ya," ujar dr. Lisa Hasibuan, SpBP (K), saat berbincang dengan detikHealth, seperti ditulis pada Senin (10/6/2013).
Menurut dr Lisa, ilmu bedah plastik tidak ada batasannya. Seorang dokter spesialis bedah plastik harus mampu menangani semua kasus, mulai dari atas kepala sampai kaki.
Terlebih lagi, biasanya dokter lain yang sudah pusing menangani sebuah kasus tapi pasien tak kunjung sembuh, mereka pun akan berkonsultasi dengan dokter bedah plastik. "Coba deh ke bedah plastik barangkali ada yang bisa dikerjain sama bedah plastik," tambahnya.
"Dan itu bukan hanya di sini saja. Itu ada di satu textbook yang dipakai orang sedunia, berarti itu pengalaman semua dokter bedah plastik," lanjut dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Perlu diketahui, bedah plastik bukan hanya berurusan dengan bedah kosmetik (estetika) seperti memancungkan hidung atau memperbesar payudara, tetapi justru lebih banyak bedah rekonstruksi seperti bedah pada luka bakar, kecelakaan dan trauma.
Bedah plastik estetika sendiri sebenarnya adalah pengembangan dari rekonstruksi, yang merupakan operasi pengembalian fungsi tubuh yang dioperasi. Namun karena banyak pasien yang melihat perbaikan pada tubuhnya dapat menunjang penampilan, maka lahirlah operasi plastik estetika.
Dan dari semua bidang kedokteran, bedah plastik bisa dikatakan adalah bidang yang paling membutuhkan seni. Seorang dokter bedah plastik setidaknya harus memiliki kemampuan menggambar.
"Porsinya memang sedikit lebih besar di bedah plastik, kalau yang lain mungkin tidak terlalu penting. Tidak harus jadi seniman, tapi yang jelas itu memang berperan. Yang jelas, kita memang harus bisa menggambar, paling sedikit," tutup dr Lisa.
No comments:
Post a Comment