Wednesday, June 26, 2013

Jamban 'Melayang' di Tanjungpinang, Siapa Mau Coba?

Tanjungpinang - Di pemukiman kumuh pinggir pantai, urusan sanitasi sering jadi masalah karena warga terbiasa buang air besar langsung ke air di bawah rumah panggungnya. Tapi di tempat ini, semua orang punya WC dan bahkan yang tidak punya rumah pun membangun WC 'melayang'. Seperti apa?

Pemandangan WC melayang bisa ditemukan di Desa Tanjungpinang Timur, Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Sebuah kloset jongkok berwarna merah muda yang sepertinya masih baru, dibangun tanpa bilik pelindung di sebuah petak kosong yang belum ada rumahnya. Kloset tersebut disangga tiang beton seperti yang dipakai sebagai penyangga rumah panggung.

Tampak seperti melayang karena tidak ada akses jalan menuju ke jamban tersebut. Untuk apa ada jamban kalau tidak ada bilik maupun rumahnya, bahkan tidak ada jalan untuk mengaksesnya?

"Oh, itu sebenarnya sedang renovasi. Jadi baru mau bikin rumah, jambannya dulu dibikin agar bisa tersambung ke sanitasi," kata Hasan Basri, Ketua RT 01/RW 06 Kelurahan Tanjungpinang Timur saat ditemui dalam kunjungan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL), Rabu (26/6/2013).

RT 01 merupakan satu-satunya wilayah di Kelurahan Tanjungpinang Timur yang telah menerapkan sanitasi masyarakat dengan dana APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Sebanyak 40 kloset, termasuk 1 kloset yang melayang-layang tanpa rumah, telah terhubung dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal yang dibangun sejak 2012.

Sebelum ada IPAL Komunal tersebut, warga setempat buang air besar langsung ke air dangkal yang ada di bawah rumah panggung. Saat air sungai meluap, kotoran akan tersapu ke pantai. Namun jika pantai mengalami pasang, kotoran itu akan kembali lagi tersapu ke pemukiman.

Hasan mengatakan warga merasa sangat terbantu dengan program sanitasi masyarakat tersebut. Di awal pengembangan, memang ada penolakan dari sebgian kecil warga namun pada umumnya lebih disebabkan oleh ketidaktahuan.

"Ya orang kampung, dipikir kalau langsung (BAB) ke air lebih sehat karena kotorannya hanyut. Ngapain ditampung segala? Tapi setelah diberi pemahaman, akhirnya semua sepakat kita butuh IPAL. Terutama yang air di bawahnya tidak mengalir ke pantai, itu kotorannya kering saja di bawah," kata Hasan.

Di Indonesia secara keseluruhan, akses sanitasi yang layak masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk memenuhi target Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni sebesar 62,40 persen. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 menunjukkan, pencapaian program sanitasi baru mencakup 55,60 persen.

"Masih ada gap dengan target MDGs 2015, dan oleh karenanya harus dilakukan upaya percepatan. Antara lain melalui Sanitasi Masyarakat," kata Ketua Pelaksana Harian Pokja AMPL yang meninjau langsung IPAL Komunal di Kelurahan Tanjungpinang Timur.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...