Thursday, June 27, 2013

Ini Kata Mereka yang Pernah Menjalani Bedah Robotic

Jakarta - Pasca operasi, siapa sih yang tidak ingin bisa cepat-cepat kembali beraktivitas. Semua orang yang baru selesai operasi pastik juga tak ingin merasa nyeri dan ingin luka bekas sayatan tak terlalu besar. Itulah yang menjadi alasan beberapa pasien memutuskan melakukan robotic surgery atau bedah robotik.

Seperti penuturan Cut Yunita (47). "Bekas lukanya cuma empat titik, paling satu atau dua centimeterlah. Awalnya saya cuma operasi untuk angkat mioma saya, tapi setelah si robot ini mengobok-obok perut saya, ketahuan bahwa di belakang rahim saya ada tumor. Diangkatlah tumor itu," tutur wanita yang akrab disapa Nita ini kepada detikhealth usai konferensi pers Pencapaian 50 Kasus Bedah Robotik di RSU Bunda, Jalan Teuku Cik Ditiro, Jakarta, Kamis (27/6/2013).

Padahal menurut Nita, ia sudah melakukan USG di India dan Malaysia untuk memastikan bahwa ia hanya perlu melakukan operasi pengangkatan miom-nya saja. Namun, ketika ia melakukan bedah robotik, barulah diketahui bahwa di rahimnya terdapat tumor.

"Suami saya langsung dipanggil, dilihatin deh itu tumornya lewat monitor, terus saat itu juga tumornya langsung diangkat," kata wanita berkerudung ini.

Untuk pemulihan, Nita hanya butuh waktu lima hari. Tiga hari ia dirawat di rumah sakit dan dua hari istirahat di rumah. Setelah itu, ia sudah bisa beraktivitas seperti biasa.

"Bukannya promosi, kalau enggak karena si robot ini mungkin saya enggak tahu kalau ada tumor di perut saya," imbuhnya sambil tertawa.

Pasien lainnya, Lulia Bumiardina (34), mengakui bahwa ia meraskan banyak keuntungan dengan melakukan bedah robotik. "Nyerinya cuma dikit. Rabu saya operasi, Kamis pulang dari rumah sakit, dua hari kemudian saya udah kerja lagi," tutur Lulia.

Pasca operasi pun, dokter hanya memberi dua jenis obat yang salah satunya antibiotik. Awalnya, Lulia melakukan operasi ini karena ia menderita hidrosalping. Hidrosalping adalah kondisi di mana terdapat cairan di saluran antara indung telur dan rahim.

"Awalnya sih sebelah kanan aja, tapi waktu dibedah, ternyata yang kiri juga, ya sudah akhirnya luka operasi saya ada dua titik dengan panjang satu-dua centimeterlah," kata wanita yang berdomisili di Bekasi ini.

Lantas, bagaimana soal biaya? Lulia mengatakan, saat itu tengah diadakan promo potongan harga 40 persen. Selain itu, biaya pengobatannya pun ditanggung oleh asuransi. "Jadi waktu itu saya nambah Tp 10 juta, padahal normalnya kan delapan puluh sampai seratus juta ya," tutur Lulia.

"Kalo enggak ada promo dan saya enggak ditanggung asuransi, pikir-pikir dulu deh," lanjutnya sembari tertawa.

Dari penuturan para pasien tersebut, sepertinya bedah robotik lebih simpel dan mudah dilakukan. Tapi jangan salah, bedah robotik ini juga pernah membuat seorang ahli bedah stres lho. Misalnya saja dr Ivan R.Sini SpOG.

"Yang paling bikin stres itu pernah ya ada pasien yang pelengketannya hebat," kata dr Ivan kepada detikhealth. Pelengketan yang dimaksud Dr Ivan yaitu kondisi frozen pelvis. Pada frozen pelvis, kondisi panggul pasien penuh dengan perlengketan yang padat.

"Artinya rahimnya, ususnya, kena dengan penyakitnya. Macam-macam, indung telurnya, dasar panggulnya," jelas dokter yang juga menjabat sebagai komisaris pengembangan produk dan teknologi PT BundaMedik ini.

"Setelah operasi selesai saya sangat merasa comfortable, karena operasi bisa berjalan dengan lancar dan hasilnya juga maksimal," lanjutnya.

Pasien lain yang pernah membuat Dr Ivan stres yaitu Nita yang saat dilakukan operasi mioma, ditemukan pula tumor di belakang rahimnya. Lantas, apa reaksi dokter berperawakan tinggi dan berkacamata ini?

"Mati gua, hahaha" ujarnya sambil tertawa dan menepuk jidat. Meski begitu, Dr Ivan mengaku sudah memiliki kecurigaan atas adanya tumor tersebut. "Saya melihat memang ada indikasi ke sana (tumor) ya," tambahnya.



No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...