Wednesday, September 18, 2013

Usai Operasi, Bocah yang Kena Cacat Wajah Langka Ini Tampan Kembali

Jakarta - Bocah malang ini harus rela terlahir dalam keadaan yang tidak sempurna. Akibat penyakit langka, bibirnya membengkak cukup besar dan menghitam sehingga ia jadi sulit bicara dan makan. Beruntung tim dokter asal New York bersedia mengoperasi dan mengubahnya menjadi 'tampan' kembali.

Yang terjadi pada Kevin Rosero yang berasal dari Riobamba, Ekuador ini disebut dengan massive venous malformation, cacat pada pembuluh darah yang menyebabkan salah satu saluran venanya membesar secara abnormal. Disamping pembesaran pada bibir bawahnya, cacat ini juga mengenai hampir keseluruhan sisi kiri wajah Kevin, termasuk menyerang orbital, pipi, mulut, lidah dan kerongkongannya.

"Cacat ini bahkan tidak mengizinkan gigi Kevin terbentuk dengan sempurna, sehingga giginya banyak yang berlubang. Lidah dan bibirnya juga begitu besar hingga ia terus mengeluarkan air liur. Ia pun butuh sesuatu untuk menahan bibirnya," papar Dr. Henry Woo, salah satu dokter bedah Kevin dan direktur Cerebrovascular Center, Stony Brook University Hospital seperti dilansir NY Daily News, Rabu (18/9/2013).

Tim dokter khawatir jika lesinya terus tumbuh, ini akan menghalangi saluran pernapasan Kevin dan berpotensi menyebabkan sesak napas.

"Tak hanya itu, selain bisa berdarah dan menyebabkan terhambatnya jalan napas Kevin. Rasanya juga sangat menyakitkan," timpal Dr. Alex Dagum, kepala bedah plastik dan operasi rekonstruksi dari Stony Brook.

"Bahkan untuk mengatasi cacat yang dialami Kevin ini, tim dokter membutuhkan operasi yang melibatkan banyak orang dan melalui banyak tahapan, sehingga Kevin tak bisa langsung pulang ke rumah," sambungnya.

Setelah bertemu dengan Kevin berkat jasa sebuah organisasi bernama Blanca's House, Dagum pun memintanya untuk 'tinggal' di Stony Brook dan menjalani serangkaian operasi selama delapan bulan, yang dimulai sesampainya Kevin di New York pada bulan Januari 2013 dan baru rampung dua minggu yang lalu.

Untuk mengecilkan ukuran sejenis tumor yang ada di bibir Kevin, dr. Woo melakukan delapan kali prosedur sclerotherapy, termasuk menempatkan sejumlah jarum di bagian-bagian tertentu dari 'tumor' tersebut dan menyuntikkan beberapa senyawa penyusut.

Kemudian dr. Dagum melakukan dua prosedur operasi untuk menghilangkan 'tumor' dari pipi, bibir, lidah dan orbital Kevin, plus satu kali operasi plastik pada wajah untuk mengembalikan garis bentuk bibir bocah berusia 10 tahun tersebut.

Namun yang mengejutkan tim dokter adalah semangat Kevin untuk bisa kembali normal. "Prosesnya kami yakin sangatlah menyakitkan tapi anak ini begitu tegar. Pasalnya ia ingin agar cacatnya segera hilang dan merasa normal," tutur Dagum.

"Hal ini terlihat ketika 'tumornya' mulai menyusut, maka ia berubah menjadi bocah yang bersemangat. Padahal sebelumnya ia pemalu dan sangat tertutup, tapi sekarang ia begitu terbuka dan banyak bicara," tambahnya.

Dulu Kevin harus mengenakan scarf besar untuk menutupi mulut dan lehernya, tapi ketika keduanya sudah menyusut, kepercayaan diri Kevin yang selama ini 'terpendam' menjadi tumbuh lagi.

"Kepercayaan diri dan kemampuannya untuk berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya telah berubah dramatis. Usianya baru 10 tahun, tapi ia sanggup jauh dari keluarganya untuk waktu yang cukup lama dan menjalani semuanya sendirian, ini benar-benar luar biasa," kata dr. Woo.

Induk semang Kevin selama di Amerika, Sheila Campbell pun memuji keberanian dan ketabahan bocah ini. "Ia terbiasa bangun di pagi hari dan menghadapi apapun yang terjadi hari itu," kisah perawat asal Miller Place, Long Island tersebut.

Terkadang Campbell harus melanjutkan terapi pengobatannya di rumah, padahal hal itu sangat menyakitkan bagi bocah sekecil Kevin. "Saya selalu meminta maaf jika mungkin saya membuatnya kesakitan dan ia selalu menjawab tak masalah jika memang itu yang harus dilakukan. Saya tak pernah tahu ada anak 10 tahun yang bisa bersikap seperti itu," imbuh nenek berusia 56 tahun tersebut.

Kevin tinggal bersama Campbell dan suaminya, James, seorang petugas pemadam kebakaran selama delapan bulan. Di rumah mereka, Kevin menjadi adik bagi empat putra mereka yang sudah dewasa. Tak hanya menjalani pengobatan, Kevin juga bersekolah di SD lokal, bergabung dengan sebuah tim sepakbola serta bermain ski bersama keluarganya. Kevin juga mulai menyukai baseball, terutama tim Yankees dan pemain favoritnya, Robinson Cano.

Kevin yang sempat belajar bahasa Inggris selama tinggal di rumah Campbell pun mengaku sedih harus meninggalkan keluarga dan teman-teman sekelasnya di Amerika. Di sisi lain, bocah lugu ini juga ingin bertemu dengan keluarganya di Ekuador, terutama untuk memperlihatkan penampilan barunya.

"Saya merasa sangat baikan sekarang dan bahagia. Yang terpenting saya merasa tampan!", candanya.






No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...