Wednesday, September 18, 2013

Pelajari Gadis yang Tak Kenal Rasa Sakit, Peneliti Siap Buat Obat Baru

Jakarta - Di dunia ini ada orang-orang yang terlahir dalam kondisi tak kenal rasa sakit atau nyeri di tubuhnya, separah apapun kondisi cedera yang dialaminya. Belakangan sekelompok peneliti dari Jerman mengaku berupaya menciptakan obat antinyeri baru dengan mempelajari kondisi orang-orang semacam ini.

Peneliti mendasarkan pengamatannya pada seorang gadis yang diketahui mengidap kondisi langka yang disebut dengan 'congenital insensitivity to pain (CIP)' ini. Gadis yang tak disebutkan identitasnya itu dapat merasakan sentuhan tapi sebaliknya tak dapat merasakan nyeri. Demikian dilansir Daily Mail, Selasa (17/9/2013).

Akibatnya gadis ini pernah kedapatan membakar dirinya sendiri, karena ia tak mampu mengatakan apakah sesuatu terlalu panas untuk disentuh dan kerap mengalami cedera karenanya.

Caranya, peneliti membandingkan rangkaian gen pada si gadis dengan rangkaian gen kedua orang tuanya yang tidak mengalami kondisi serupa. Sesuai dengan harapan peneliti, mereka menemukan adanya mutasi gen yang menjelaskan mengapa si gadis tak dapat merasakan nyeri.

Mutasi gen yang dimaksud peneliti Dr Ingo Kurth dari Jena University Hospital, Jerman ini adalah mutasi pada gen SCN11A. Ternyata gen inilah yang berfungsi mempengaruhi pembuatan saluran-saluran pada neuron yang bertugas merasakan nyeri.

Nantinya ion-ion yang melewati saluran inilah yang menyebabkan munculnya impuls-impuls saraf elektrik, yang dapat bergerak menuju ke otak. Impuls-impuls saraf inilah yang membuat otak dapat mengenali rasa sakit atau nyeri.

Dengan kata lain, mutasi gen SCN11A pada gadis tersebut menyebabkan neuron-neuron yang seharusnya mengalirkan impuls elektrik ke otaknya justru tak dapat terbentuk. Akibatnya, tubuh si gadis tak dapat mendeteksi rasa nyeri.

Untuk memastikan dugaan mereka benar, peneliti pun mengembangbiakkan beberapa tikus yang telah dimutasi gen SCN11A-nya, kemudian mengetes kemampuan mereka untuk mendeteksi rasa nyeri. Hasilnya, tikus-tikus ini jauh lebih sering mengalami cedera daripada tikus biasa, karena mereka tidak sensitif terhadap nyeri. Tikus-tikus ini juga lebih lambat bereaksi ketika ekornya dipapari cahaya panas.

Berbekal temuan ini, peneliti dari Jerman pun telah memulai proses pembuatan obat antinyeri baru yang ditengarai dapat menghambat saluran SCN11A.

'Congenital insensitivity to pain (CIP)' merupakan kondisi langka dimana seseorang tak dapat merasakan nyeri atau rasa sakit. Meski dapat merasakan sentuhan, penderita CIP tak bisa merasakan kesakitan sehingga kerap mengalami infeksi dan cedera yang berubah menjadi serius karena mereka tak tahu dan tak mengobatinya.

CIP dapat disebabkan oleh mutasi gen atau otak penderita memproduksi endorfin secara berlebihan. Saking langkanya, hanya sekitar 20 kasus yang sejauh ini telah tercatat dalam literatur.




No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...