Monday, September 23, 2013

Penanganan Mutakhir untuk Pasien Sakit Jantung Tak Perlu ke Luar Negeri

Jakarta - Banyak pasien sakit jantung yang memilih berobat ke luar negeri demi mendapat perawatan terbaik dengan teknologi terkini. Padahal saat ini di Indonesia mulai bermunculan pusat-pusat pelayanan penyakit jantung yang berkomitmen memberikan perawatan dan pelayanan yang tak kalah dari RS di luar negeri.

Adalah dr Dasaad Mulijono, FIHA, FRACGP, FRACP. PhD, salah seorang dokter spesialis jantung yang sejak tahun lalu mengembangkan teknologi baru untuk penanganan pasien serangan jantung di Bethsaida Hospital Cardiac Center. dr Dasaad mengaku prihatin terhadap mindset masyarakat di Indonesia yang masih mejadikan dunia media di negara lain sebagai tolok ukur.

"Hal ini membuat kita 'memperkaya' negara lain. Sedikitnya 100 triliun devisa negara mengalir ke Malaysia dan Singapura untuk biaya pengobatan warga negara Indonesia," kata dia dalam seminar di ruang Auditorium lt 9 Bethsaida Hospital, District Tivolli No 1 Paramount Serpong, Jl Boulevard Gading, Serpong, Tangerang, Senin (23/9/2013).

"Prosedur penanganan pasien serangan jantung dengan Primary Coronary Intervention atau PCI sudah kita jalankan sejak bulan lalu, sejak rumah sakit ini baru berdiri," tegas dr Dasaad.

Tindakan intervesi ini dilakukan dengan cara mengambangkan balon pada titik pembuluh darah atau arteri yang tersumbat, kemudian 'mengganjalnya' dengan cincin kawat sehingga aliran darah kembali normal. Cincin yang ditanamkan sendiri ada tiga jenis: cincin kawat tanpa lapisan obat, dengan lapisan obat, dan jenis absorbable atau yang bisa meyatu dengan dinding arteri. Tindakan intervensi ini sebaiknya dilakukan sebelum 6 jam sejak pasien mengalami serangan jantung.

"Jika lebih dari itu, semua otot bisa-bisa sudah mati. Meninggal pasien itu," sambung dr Dasaad.

Di Bethsaida Hospital, tindakan intervensi ini menghabiskan biaya sekitar Rp 40-50 juta untuk cincin tanpa lapisan obat, Rp 80 juta untuk cincin berlapis obat, serta Rp 110-130 juta untuk cincin absorbable. Seluruh biaya tersebut suda termasuk biaya rawat inap di ICU.

dr Dasaad juga menambahkan tindakan tersebut dapat dikerjakan haya dalam waktu 30 menit. Jika dibandingkan dengan perawatan di luar negeri, yang akan menghabiskan waktu belasan jam, tentu perawatan ini memiliki sisi keunggulan. Ia pun mengkhawatirkan risiko serangan jantung yang lebih parah selama dalam perjalanan, misalnya kekurangan oksigen saat di pesawat, mengingat waktu penanganan hanya sebatas 6 jam saja.

"Dengan pelayanan terbaik ini, kami berharap akan lebih banyak warga kita yang bisa berobat di negeri sendiri, tak perlu keluar," pungkas dr Dasaad.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...