Friday, April 4, 2014

Sulit Sekolah dan Dapat Kerja, Penyebab Mantan Pasien Kusta Jadi Pengemis

Jakarta - Stigma dan diskriminasi yang ditunjukkan masyarakat terhadap mantan pasien kusta memberikan banyak dampak yang berakibat buruk. Akibat sulit sekolah dan mendapat pekerjaan, beberapa pasien ataupun mantan pasien kusta memilih menjadi pengemis.

"Walaupun mereka sudah dinyatakan sembuh oleh dokter, nyatanya mereka tetap saja dikucilkan oleh masyarakat. Masalah mantan penderita kusta bukan hanya masalah medis saja, melainkan juga masalah psikologis akibat diskriminasi yang mereka rasakan," ujar Nur Kholis, perwakilan Komnas HAM pada saat acara Peluncuran Seruan Nasional Penghapusan Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang yang Pernah Menderita Kusta, yang dilangsungkan di Ballroom Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (4/4/2014).

Menurut Nur, begitu banyak dampak buruk yang didapat mantan penderita kusta akibat sikap diskriminatif yang ditunjukkan oleh masyarakat di sekitarnya. Salah satu bentuk diskriminasi yang dirasakan mantan penderita kusta adalah hak mereka sebagai warga negara Indonesia dalam memberikan hak suaranya.

"Yang saya tahu, penderita dan mantan penderita kusta itu kehilangan haknya dalam PEMILU. Padahal seharusnya kan mereka juga mempunyai hak dan kedudukan yang sama dengan yang lainnya," terangnya.

Selain itu, dampak buruk seperti perceraian dan sulit mendapat pekerjaan juga kerap kali dirasakan oleh mantan pasien kusta. Nur menjelaskan bahwa inilah salah satu bentuk lainnya yang sangat jelas menggambarkan bagaimana diskriminasi yang dirasakan mantan pasien kusta.

"Bahkan jika penderitanya itu anak-anak, anak-anak itu jadi tidak bisa sekolah. Akhirnya banyak yang jadi pengemis. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi adalah ketika mereka meninggal, masyarakat pun masih saja ada yang bingung bagaimana melakukan pemakamannnya, mau dikuburkan di mana. Itu kan berlebihan sekali," ungkap Nur.

Hal senada juga diungkapkan oleh Romo YR. Edy Purwanto, Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Menurut Romo Edy, akibat dari segala bentuk diskriminasi yang dirasakan mantan penderita kusta, akhirnya berujung pada satu hal, yaitu kemiskinan.

"Bukan hanya kemiskinan secara harta saja, tapi juga kemiskinan secara psikologis. Kenapa? Karena mereka akan merasa bahwa mereka tidak dicintai dan tidak diperhatikan. Itu yang menjadi masalah terbesarnya," tandasnya.

Oleh karena itu, dr. Nafsiah Mboi, SpA, MPH, selaku Menteri Kesehatan RI menekankan supaya masyarakat menghentikan segala bentuk stigma dan diskriminasi kepada penderita dan mantan penderita kusta. "Mari berdayakan orang yang pernah mengalami kusta agar mereka mampu mendapatkan kualitas hidup yang sesungguhnya," saran Nafsiah.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...