Friday, April 4, 2014

Informasi yang Salah Sebabkan Mantan Pasien Kusta Didiskriminasi

Jakarta - Masih banyaknya stigma dan diskriminasi yang ditunjukkan kepada mantan penderita kusta, membuat Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama yang didukung oleh 16 organisasi keagamaan di Indonesia melakukan seruan nasional dalam menghapus stigma dan diskriminasi terhadap mantan penderita kusta. Melihat kenyataan ini, apa yang sebenarnya membuat masyarakat masih saja bersikap seperti itu?

Menurut Romo YR. Edy Purwanto selaku Sekretaris Eksekutif Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), stigma dan diskriminasi yang ditunjukkan masyarakat kepada mantan penderita kusta disebabkan oleh ketidaktahuan terhadap apa yang ada sebenarnya.

"Ketidaktahuan masyarakat terhadap apa yang sebenarnya terjadi pada mantan penderita kusta adalah yang menyebabkan masyarakat masih bersikap diskriminatif terhadap mantan penderita kusta ini. Di mana ketidaktahuan ini juga dipicu oleh rasa takut," tutur Romo Edy pada saat acara Peluncuran Seruan Nasional Penghapusan Stigma dan Diskriminasi terhadap Orang yang Pernah Menderita Kusta, yang dilangsungkan di Ballroom Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Jakarta, dan ditulis pada Jumat (4/4/2014).

Rasa takut yang dimaksud Romo Edy adalah rasa takut karena tidak ingin tertular. Anggapan yang selama ini bergaung mengenai kusta adalah penyakit kutukan dari Tuhan, adalah salah satu faktor yang memicu rasa takut ini di dalam diri masyarakat. Padahal menurut Romo Edy, rasa takut masyarakat dipicu oleh informasi yang salah.

"Akibat informasi yang salah akhirnya malah secara tidak langsung menunjukkan adanya bentuk provokasi terhadap fakta mantan penderita kusta yang sebenarnya. Makanya timbullah sikap diskriminatif pada mantan penderita kusta," imbuhnya.

Untuk itu, Romo Edy bersama para perwakilan organisasi seluruh agama yang ada di Indonesia, menekankan bahwa pentingnya peran tokoh-tokoh beragama dalam memberikan penjelasan yang sebenarnya kepada masyarakat luas.

"Seruan yang dilakukan oleh lintas agama ini akan memberikan penjelasan bersama yang lebih membuat masyarakat lebih paham dan mendapatkan pencerahan atas yang sebenarnya ada. Diperlukan komunikasi intensif antar tokoh beragama dengan umat dalam melakukan ini," ujar Romo Edy.

"Kami akan memberikan pencerahan terkait paradigma yang sudah terbentuk di masyarakat ini. Memang kami akui, hal ini mungkin tidak akan mudah," tandas Sekretaris Parisada Hindu Dharma Indonesia, Ir. Ketut Parwata.


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...