Monday, July 8, 2013

Saat Melihat Orang Kena Serangan Jantung, Ini yang Harus Dilakukan

Jakarta - Serangan jantung seringkali muncul tiba-tiba dan bisa mematikan. Pasien harus berpacu dengan waktu guna menyelamatkan nyawanya. Di daerah perkotaan yang sering macet, kondisi lalu lintas acapkali menjadi kendala. Lalu apa yang bisa dilakukan saat kondisi darurat?

"Kalau pasien sampai pingsan dan henti jantung ya perlu CPR (Cardiopulmonary resuscitation). Tapi jika tidak ada training sebelumnya, susah. Apalagi di kita (Indonesia), training CPR itu hampir nol,” kata dr Dicky Hanafi, SpJP(K), FIHA, dokter spesialis jantung di RS Bunda, Jakarta.

Dalam acara Medical Gathering dan Soft Launching Bunda Heart Centre yang diselenggarakan di RS Bunda, Menteng, Jakarta Pusat, dan ditulis pada Senin (8/7/2013), dr Dicky menjelaskan bahwa di negara-negara maju, traning CPR sudah menjadi syarat untuk mendapat SIM. Berbeda dengan Indonesia yang untuk mendapat SIM-pun pemohon masih bisa 'nembak'.

"Sedangkan untuk awam, umumnya tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan pasien serangan jantung, justru bisa membuat pasien terlambat penanganannya dibawa ke tempat perawatan yang tepat," terang dr Dicky.

Oleh karena itu, dr Dicky berpendapat bahwa lebih baik upaya difokuskan pada mencari cara dan transportasi untuk membawa pasien ke rumah sakit secepatnya. Biasanya beberapa rumah sakit memiliki emergency team. Mungkin ini yang perlu dibikin kerja sama dengan kantor agar bisa mendapat pelayanan yang cepat.

"Pelaksanaan CPR susah untuk orang awam. Kita bisa siapkan oksigen dulu untuk penanganan awal. Jadi sebaiknya siapkan oksigen di kantor. Karena jantung kekurangan oksigen, diharapkan ada bagian tubuh yang mendapat oksigen lebih cepat," urainya.

Pemberian kursus CPR sebenarnya amat diperlukan. Bagi masyarakat luas, hal ini berguna karena bisa digunakan untuk membantu sesama. Sayang, edukasi pentingnya penanganan pasien gawat darurat di Indonesia masih amat minim. Tapi bagi mereka yang ingin berlatih, bisa mengikuti kursus di palang merah dan rumah sakit.

Sedangkan pada pasien jantung, yang perlu digaris bawahi adalah tak ada yang bisa memprediksi berapa lama pasien bisa bertahan. Jika serangan yang terjadi cukup besar, pasien bisa saja langsung meninggal. Namun, tak sedikit pula pasien yang masih bisa diselamatkan, asal mendapat penanganan dokter secepatnya.

"Waktu 12 jam itu waktu maksimal bagi orang yang masih bertahan hidup dari serangan jantung. Setelah itu, kerusakan jantungnya sudah permanen sehingga hidupnya juga akan kurang baik," ungkap dr Dicky.

Penanganan terbaik bagi pasien serangan jantung adalah di bawah 3 jam, sebab umumnya kerusakan masih bisa diperbaiki dengan hampir sempurna. Pada waktu 6 jam setelah terjadi serangan, kerusakannya masih sedikit.

"Tapi di atas 12 jam, umumnya pasien sudah terkena gagal jantung atau lemah jantung. Jadi bukan hanya masalah menyelamatkan nyawa saja. Kalau penanganan jantungnya terlambat, sampai gagal jantung, lemah jantung dan jalan sedikit sudah sesak, kasihan sekali pasiennya," kata dr Dicky


No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...